Hari Besar Nasional Indonesia

Hari besar nasional Indonesia dari bulan Januari hingga Desember

Hari Pendidikan Nasional

Pada tanggal 2 Mei yang merupakan peringatan hari pendidikan Nasional (Hardiknas).Ki Hajar Dewantara merupakan orang yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan Indonesia.

SUMPAH PEMUDA

Makna Sumpah Pemuda bagi Bangsa Indonesia

Candi Abang

Situs purbakala yang merupakan peninggalan sejarah bernilai historis, seni dan budaya adalah sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

Museum Sandi Yogyakarta

Pendirian Museum Prakarsa pembangunan Museum Sandi berawal dari gagasan Bapak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X yang berkeinginan untuk menempatkan koleksi persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta

Senin, 02 Mei 2016

Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Setiap 2 Mei

Jika kita memasuki bulan Mei, kita pasti akan langsung teringat pada tanggal 2 Mei yang merupakan peringatan hari pendidikan Nasional (Hardiknas). Selain itu, kita pasti juga akan langsung teringat dengan sosok pahlawan pendidikan , Ki Hajar Dewantara. Pasalnya, peringatan hari pendidikan nasional ini bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara yakni tangaal 2 Mei. Mari kita simak sejarah singkat hari pendidikan nasional yang kami himpun dari berbagai sumber.

Ki Hajar Dewantara merupakan orang yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan Indonesia. Beliau lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang berasal dari keluarga di lingkungan kraton Yogyakarta. Semasa kecil, beliau pernah menamatkan sekolah di Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun karena sakit, akhirnya beliau tidak menamatkannya.
Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,  Kaoem Moeda,  Tjahaja Timoer dan  Poesara. Lewat tulisannya, beliau melakukan kritik mengenai pendidikan di Indonesia yang hanya boleh dinikmati oleh keturunan Belanda dan orang kaya saja. Hingga akhirnya beliau diasingkan ke Belanda.
Sekembali dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa. Filosofinya yang sangat terkenal dan menempel erat pada dunia pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.
Setelah Indonesia merdeka, Ki hajar Dewantara diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia dalam  kabinet pertama Republik Indonesia. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Beliau wafat di Yogyakarta.
Atas perjuangan Ki hajar Dewantara ini, beliau mendapat julukan bapak pendidikan Indonesia. Selanjutnya, setiap tanggal 2 Mei yang merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Hal ini tertulis dalam Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 tertanggal 28 November 1959. Itulah sejarah singkat hari pendidikan nasional di Indonesia.

Sumber : Baca Berkaitan

Share:

Rabu, 20 Januari 2016

Eksplorasi Candi Kecil di Yogyakarta


            Tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang kaya akan situs-situs bersejarah membuat saya penasaran untuk mengunjunginya. Keadaan ini didukung, karena saat ini saya kuliah di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sejarah sehingga membuat saya berambisi untuk mengeksplorasi candi-candi kecil yang jarang diketahui oleh masyarakat luas dan mencoba menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan di dalam perkuliahan.
Candi Gebang, Sleman Yogyakarta
            Seperti biasanya kebanyakan masyarakat baik dari dalam maupun luar Daerah Yogyakarta jika mengunjungi candi hanya seputar Candi Prambanan, Candi Sewu dan Candi Borobudur. Sebetulnya, di daerah ini masih banyak menyimpan situs percandian yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi seperti Candi Gebang, Candi Abang, Candi Ijo dan Candi Barong yang sudah saya kunjungi. Walaupun candi tersebut kecil, saya senang untuk mengetahui lebih banyak tentang candi itu ditambah biaya retribusi atau tiket masuknya yang murah hanya Rp. 2000 bagi orang dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak, bahkan ada beberapa situs sejarah seperti Candi Abang, Candi Ijo dan Candi Barong yang tiket masuknya gratis. Kondisi seperti ini sangat tidak memberatkan untuk pengujung yang ingin datang ke situs tersebut.
            Mungkin bagi mahasiswa seperti saya yang suka mengeksplorasi situs-situs bersejarah khususnya candi, dapat membantu saya untuk mengembangkan teori-teori yang sudah saya pelajari selama ini. Selain itu, saya juga bisa mengerti sejarah kapan berdirinya candi-candi tersebut dan siapa yang mendirikan, serta tidak hanya mengetahui candi-candi besar yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat luas tetapi mencoba juga mengeksplorasi candi-candi kecil yang memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi.
            Kesempatan seperti inilah yang saya tunggu-tunggu, karena untuk melakukan sebuah penjelajahan atau eksplorasi sebuah tempat tertentu sangatlah susah bagi mahasiswa untuk mencari waktu yang pas. Hal ini dikarenakan waktu kuliah yang sangat padat dan tidak bisa santai-santai ataupun melakukan sebuah mengeksplorasi. Saat liburan semester seperti inilah, saya sangat memanfaatkan untuk berkunjung ke situs candi-candi yang kecil di daerah domisili saya berada. Jadi, tidak hanya liburan semata, tetapi sekaligus dapat belajar secara langsung di lapangan dan tentunya dapat menambah pengalaman baru bagi saya.
            Lewat mengeksplorasi candi, kita sebagai Warga Negara Indonesia dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan menghargai kekayaan sejarah yang ada di negara kita. Selain itu, kita juga dapat mempromosikan atau mengenalkan tempat-tempat bersejarah kepada khalayak ramai agar seluruh warga Indonesia mengetahui tempat-tempat menarik yang ada disekitar mereka tanpa merogoh kocek yang dalam.

            Bagi seorang mahasiswa Pendidikan Sejarah seperti saya, dapat mengeksplorasi sebuah situs percandian yang jarang dikunjungi oleh masyarakat luas merupakan sebuah kebanggaan. Hal itu dikarenakan tidak semua orang mengetahui situs bersejarah yang pernah saya kunjungi. Untuk itu saya ingin mencoba memberitahu dan mengajak masyarakat untuk berkunjung ke situs bersejarah ini.
Share:

Senin, 30 November 2015

Sejarah Candi Abang

Situs purbakala yang merupakan peninggalan sejarah bernilai historis, seni dan budaya adalah sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun kondisi situs purbakala tersebut mulai rapuh dan terbatas, tidak banyak masyarakat yang mengetahui sejarah dan kondisinya sehingga diperlukan suatu cara untuk menjaga sejarah serta budaya dalam segala keberagamannya. Oleh karena itu, diperlukan sistem informasi untuk membantu dalam hal menjaga sumber daya budaya yang ada. (Penjelasan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya).

Keberadaan Situs Purbakala Candi Abang;
Koordinat:
7°48′37″LS 110°28′12″BT / 7,810154°LS 110,470104°BT
Lokasi Candi Abang berada di Dusun Sentonorejo, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman Yogyakarta. Untuk mencapai candi tersebut, bisa mencari Jalan Jogja-Solo, tepatnya di Prambanan. Begitu Sampai di Terminal Prambanan, cari Jalan Raya Jogja-Piyungan Km 8. Di situ, ada papan penunjuk kearah kanan (barat) bertuliskan Candi Abang dan Gua Sentana. Candi Abang berada di puncak bukit di pinggir jalan desa, 1,5 kilometer sebelah Barat Jalan Raya Jogja-Piyungan. Akses ke lokasi bagus dan bisa ditempuh kendaraan roda empat. Hanya saja, begitu menuju puncak bukit, agak rusak dan hanya bisa ditempuh jalan kaki atau sepeda motor. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum. Yaitu, cari bus yang melewati Jalan Raya Jogja-Piyungan


9 tonjolan2_batu_bata_di_atas_bukit_candi_abang.JPGKeutuhan candi sudah tidak lagi sempurna. Namun, bukan berarti kecantikan dan keunikan sudah purna. Candi Abang masih kokoh berdiri di puncak bukit dengan bahan bangunan batu bata. Ukuran alas Candi Abang adalah 36 x 34 meter, dan tingginya belum bisa diperkirakan. Candi ini berbentuk seperti piramida, dengan sumur di tengahnya. Di candi ini, terdapat tangga,masuk dan dibuat dari batu putih alias gamping. Selain itu, ada sebagian batu-batu andesit yang belum diketahui fungsinya.

13 candi_abang_dr_sisi_tenggara.JPGCandi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Meskipun demikian, candi ini diperkirakan mempunyai umur yang lebih muda dari candi-candi Hindu lainnya. Candi yang berbentuk seperti piramid ini dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batubata yang berwarna merah (abang dalam bahasa Jawa). Bentuk candi ini berupa bukit, sekarang banyak ditumbuhi rerumputan sehingga dari jauh nampak mirip seperti gundukan tanah atau bukit kecil. Pada waktu pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni lambang dewa Siwa berbentuk segidelapan (tidak berbentuk segi empat, seperti biasanya) dengan sisi berukuran 15 cm. Beberapa orang menganggap Candi Abang merupakan tempat penyimpanan harta karun pada zaman dahulu kala, oleh karena itu sering dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga. Hal demikian terjadi misalnya pada bulan November 2002. Candi Abang sebenarnya hanyalah gundukan tanah di atas bukit. Bukit ini jika di musim hujan akan berwarna hijau, sedangkan di musim kemarau tentu saja gersang. Candi Abang baru akan terlihat berwarna abang (merah) jika kondisinya benar-benar kemarau dan kering. Seperti pada umumnya, kebanyakan candi di bangun di atas bukit, karena pada masa lalu tempat yang lebih tinggi dianggap sebagai tempat yang suci (tempat tinggalnya dewa-dewi). 

28 viuw_gunung_selatan_candi_abang.JPGKeunikan dari Candi Abang adalah candi ini dibangun dengan batu bata merah. Kenapa unik? Apakah tidak ada candi lain yang dibangun dengan batu bata merah
Nah, ini yang sangat menarik buat saya. Pada umumnya candi di Jawa Tengah adalah bangunan candi yang dibangun dengan batu andesit. Apa sih batu andesit? Batu andesit adalah batuan beku vulkanik. Bisa bayangin khan batu-batu gede yang dimuntahkan Gunung Merapi. Nah, batu kayak gitu namanya batu andesit. Tapi untuk menciptakan candi yang tahan lama, butuh batuan andesit yang sempurna. Yang kayak apa? Batu andesit sebagai bahan candi haruslah batu andesit yang terpendam di dalam tanah dan memang harus ditambang. Batu-batu andesit inillah yang dapat ditatah membentuk kotak-kotak saling kunci yang membentuk susunan candi.
22 sisi_barat_daya_candi_abang.JPG
Candi Abang

Batu andesit bukanlah satu-satunya batu yang digunakan sebagai penyusun candi. Ada juga batu bata merah. Di sinilah letak ciri khas dan perbedaannya. Candi di Jawa Tengah pada umumnya terbuat dari batu andesit. Sedangkan candi di Jawa Timur terbuat dari batu bata merah. Kalau dilihat dari kualitas tahan lama, tentu batu andesit lebih tahan lama. Contohnya Candi Sambisari di Sleman, meski sudah bertahun-tahun tertutup lahar Gunung Merapi, tetapi masih bisa ditemukan lagi dalam keadaan yang utuh (meski tidak sempurna).

Berbeda dengan candi peninggalan Majapahit di Jawa Timur yang umumnya terbuat dari batu bata merah, agak susah mengurai sejarah tentang mereka, karena candi-candi Majapahit rata-rata sudah tidak berbentuk candi lagi, hanya reruntuhan. Kondisi candi berbatu bata merah yang ada di Jawa Timur saat ini rata-rata sudah hasil rekonstruksi dari gambar candi yang ada di buku History of Java milik Raffles. Jadi sudah hasil pemugaran untuk pariwisata. Padahal candi-candi di Jawa Timur rata-rata usianya lebih muda dibandingkan candi-candi di Jawa Tengah. Sedangkan candi di Jawa Tengah dibangun pada masa kekuasaan Mataram Kuno, sebuah era yang jauh lebih tua dari Majapahit.

Itu sebabnya, Candi Abang menarik karena agak tidak lazim saja jika ada candi berbahan batu bata merah di daerah Jawa bagian tengah, khususnya di Yogyakarta. Sayangnya saya tidak bisa bercerita lebih jauh tentang relief yang ada di Candi Abang karena candinya terkubur di dalam tanah.
Candi Abang, Piramida Pelindung Warga
Di lokasi candi tersebut ditemukan yoni, sebagai penanda bahwa candi tersebut merupakan peninggalan agama Hindu. Yoni yang ada di candi tersebut berbentuk heksagon atau segi delapan dengan setiap sisinya berukuran 15 cm. Oh ya, di kawasan Candi Abang, tepatnya sisi Selatan candi ada batu yang menyerupai kodok. Oleh masyarakat setempat dinamai Batu Kodok, meski tanpa ada penjelasan lengkap terkait keberadaan batu tersebut. Di puncak candi, ada sumur yang diberi nama sumur Bandung. Saat berada di lokasi ini, begitu memandang ke bawah dari puncak bukit, bisa disaksikan hamparan sawah dan tanah lapangan yang dimanfaatkan untuk aneka kegiatan.

Mitos

Masyarakat setempat masih ada yang mempercayai, Candi Abang dijaga seorang tokoh yang dituakan dan dihormati. Ia bernama Kyai Jagal, yang memiliki badan besar dan berambut panjang.

Kyai Jagal merupakan pelindung dari segala kerusakan. Pada zaman Jepang, penduduk sering berlindung di candi tersebut, karena ada kepercayaan. Kyai Jagal akan melindungi mereka. Kepercayaan akan Kyai Jagal sangat besar. Sehingga, ada kisah tentang sebongkah emas sebesar anak kerbau yang dipercaya ada di dalam tubuh Candi Abang, tetap tinggal cerita dan tidak ada seorang pun berani membuktikannya.

Lepas dari semua cerita, setiap tempat (salah satunya candi) memiliki kisahnya sendiri diantara warga masyarakat. Semisal Candi Abang selalu dikaitkan dengan kisah harta karun yang terpedam, atau beberapa kisah tentang tempat mencari pesugihan. Ada kisah-kisah mistis yang warga lokal pernah ceritakan pada saya tentang Candi Abang, misalnya kenapa di atas gundukan Candi Abang tidak ada tanaman besar yang tumbuh? Kenapa hanya rumput? Karena jika kalian mempelajari History of Java milik Raffles, beberapa candi bahkan ditemukan dalam kondisi “dicengkeram” oleh akar-akar tanaman besar. Lalu kenapa di Candi Abang malah tidak ada tanaman yang “mencengkeramnya”?


Ada juga cerita warga lokal, saat-saat tertentu apabila diatas candi ada awan maka awan itu akan berwarna merah, dan tidak semua orang akan melihat hanya orang orang yang dikehendaki saja yang bisa melihatnya.

Apapun kisah dibaliknya, satu yang tak boleh kita lupakan, bahwa tempat ini pernah menjadi salah satu pusat peradaban leluhur kita, sesuatu yang tidak boleh kita abaikan begitu saja. Sesuatu yang sayang sekali jika kalian melewatkannya.

Sumber : candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-yogyakarta-candi_abang_55
Share:

Museum Sandi Yogyakarta

Sejarah Pendirian Museum Prakarsa pembangunan Museum Sandi berawal dari gagasan Bapak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X yang berkeinginan untuk menempatkan koleksi persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta. Keinginan tersebut disampaikan pada saat beliau menerima kunjungan Widyakarya Mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bulan Maret 2006.
Oleh Kepala Lembaga Sandi Negara, Mayjen TNI Nachrowi Ramli, gagasan tersebut disambut baik dan segera ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah tim Pengisian Koleksi Persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta, yang kemudian berkembang dan dikenal dengan nama Tim Museum Sandi.
Tim Museum Sandi kemudian segera melaksanakan tugasnya yang dimulai dari pertengahan tahun 2006, beriringan dengan rencana pembangunan Monumen Sandi di Dukuh, Kulonprogo, Yogyakarta. Akan tetapi, kegiatan pembangunan Museum Sandi sempat mengalami kendala yang disebabkan oleh musibah gempa bumi yang melanda Propinsi DIY pada tanggal 27 Mei 2006.
Gempa bumi tersebut telah mengakibatkan kerusakan fisik yang cukup berat pada Museum Perjuangan Yogyakarta. Akhirnya, berkat komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, Museum Perjuangan dapat direnovasi kembali. Puncaknya pada tanggal 29 Juli 2008, Museum Sandi diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Gubernur DIY dan Kepala Lembaga Sandi Negara.
Dengan berakhirnya perjanjian tersebut pada tanggal 15 Juli 2013, Lembaga Sandi Negara mulai melakukan penjajagan kerjasama dengan Pemda DIY untuk memanfaatkan gedung Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah sebagai tempat pameran museum sandi. Melalui Surat Keputusan Gubernur DIY nomor 51/kep/2013 tentang persetujuan pinjam pakai barang milik daerah kepada Lembaga Sandi Negara, Gubernur DIY secara resmi menyetujui pinjam pakai tanah dan bangunan yang terletak di Jalan Faridan Muridan Noto nomor 21 kota baru untuk dipergunakan sebagai tempat menyelenggarakan Museum Sandi.
Surat Keputusan Gubernur tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam sebuah perjanjian antara Pemda DIY dengan Lembaga Sandi Negara nomor 3/PERJ/SEKDA/IV/2013 dan PERJ.074/SU/HK.08.01/04/2013 tentang pinjam pakai barang milik daerah kepada Lembaga Sandi Negara. Dengan telah ditandatanganinya perjanjian tersebut, Lembaga Sandi Negara berkewajiban untuk memanfaatkan tanah dan bangunan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Untuk menjawab tantangan yang ada, maka pendirian Museum Sandi memiliki tiga tujuan luhur, yaitu:
1. Untuk menampilkan dan memelihara koleksi sandi yang bernilai sejarah guna menambah pengetahuan dan wawasan pengunjung tentang dunia persandian;
2. Museum sandi sebagai wahana dan media pembelajaran bagi masyarakat, khususnya generasi muda mengenai peranan persandian dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan negara kesatuan republik indonesia, dan
3. Museum sandi merupakan sarana sosialisasi persandian kepada masyarakat luas.
Secara garis besar, tugas dari Tim Museum Sandi dari tahun 2006 sampai dengan peresmian, sebagai berikut :
  • Pengumpulan data dan informasi untuk koleksi Museum Sandi, melalui wawancara dengan para pelaku sejarah persandian, studi pustaka, studi banding ke berbagai museum dan penyelenggaraan Seminar Sejarah Persandian
  • Pengumpulan dan pemilihan koleksi Museum Sandi
  • Pembuatan sarana dan prasarana pameran Museum Sandi
  • Pembuatan perjanjian kerjasama antara Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dengan Departemen Kebudayaan dan pariwisata (Depbudpar)
  • Penyusunan dan penataan koleksi Museum Sandi di ruang pamer
Saat ini Museum Lembaga Sandi Negara berada dibawah pengawasan Bagian Humas dan Kerjasama (Bagian Humajas), Biro Perencanaan, Hukum, Kepegawaian dan Hubungan Masyarakat (Biro PHKH), Sekretariat Utama, Lembaga Sandi Negara.

Koleksi

Koleksi Museum Sandi berupa barang asli atau replika peralatan sandi, meubeler, sepeda, patung, barang keseharian pelaku sejarah persandian, slide sistem sandi, dokumen lembaran kertas dan buku kode, gambar, foto, peta napak tilas sandi, lukisan kegiatan sandi dalam perundingan, diorama kegiatan kurir sandi  dan suasana pedukuhan Dukuh.

Fasilitas

  • Pemandu
  • Anjungan Informasi Elektronik
  • Cryptogames bermedia touchscreen
  • Ruang Pameran
  • Ruang Multimedia
  • Ruang Perawatan Koleksi 

Waktu Buka

  • Senin - Kamis (08.30 -15.00 WIB)
  • Jumat (08.30 - 11.30 WIB)
  • Sabtu - MInggu (09.00 - 12.00 WIB)
  • Hari besar nasional dan libur agama tutup
sumber :  https://www.gudeg.net/direktori/5215/museum-sandi.html
Share:

Selasa, 17 Maret 2015

Zaman Neozoikum

Zaman neozoikum atau kainozoikum, yaitu zaman hidup baruyang  berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu zampai sekarang.  Zaman ini terbagi ke dalam:
a. Zaman tertair, yaitu zaman semakin berkembangnya binatang menyusui, sedangkan reptil besar mulai punah. Jeniskera dan kera-manusia sudah ada pada akhir zaman ini.
b. Zaman quartair, yaitu zaman adanya manusia di atas permukaan bumi. Zaman ini dibagi ke dalam pleistosen yang berlangsung kira-kira 600.000 tahun dan zaman holosen berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga sekarang ini. 
Jenis manusia purba telah muncul pada zaman neozoikum. Manusia merupakan makhluk hidup yang muncul paling terakhir di dunia. Sebelumnya, dunia ini telah dihuni oleh makhluk-makhluk seperti hewan menyusui dan jenis kera ataukera-manusia. Selain itu, sebelumnya pun telah muncul jenis reptil purba seperti dinosaurus dan atlantasaurus. Hewan raksasa ini ada yang menjadi pemakan tumbuhan dan ada jugayang menjadi pemakan daging. Jenis hewan seperti ini pada jutaan tahun yang lalu telah punah. 
Para ahli yang ingin mengetahui kehidupan manusia padazaman prasejarah harus mencari fosil dan artefaknya diberbagai tempat di belahan bumi ini.Fosil adalah semua bekas atau sisa-sisa tulang belulang jenis manusia, binatang atau tumbuhan yang telah membatu karena tertimbun tanah ribuan tahun atau jutaan tahun. Artefak adalah segala benda atau perkakas yang dibuat dandigunakan manusia purba untuk keperluan hidupnya.
Zaman Neozoikum diperkirakan berusia 60  juta tahun yanglalu. Saat itu keadaan bumi sudah semakin memungkinkan untuk mendorong munculnya makhluk hidup lainnya seperti binatang menyusui, sejenis kera dan monyet.
Setelah musnahnya dinosaurus, sekitar ± 65 juta tahun yanglalu, dimulailah zaman Neozoikum (zaman kehidupan baru)yang dikenal juga sebagai zaman Cenozoikum. Kehidupan berevolusi kearah apa yang kita kenal sekarang. Zaman ini terbagi menjadi dua zaman (epoch = masa), yaituzaman tersier dan zaman kuarter. Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun yang ditandai dengan munculnyaberagam jenis binatang menyusui (mamalia). Zaman tersierterbagi menjadi zaman Pliosen, Miosen, Oligosen. Eosen, Paleosen.
Zaman Kuarter berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu, yang ditandai dengan munculnya manusia purba. Zaman kuarter sendiri juga terbagi menjadi zaman Holocen (Holosin) dan zaman pleistosen. Era Pleitosen (deluvium) atau Zaman Es berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai denganadanya manusia purba. Zaman pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es dikedua kutub Bumi (zaman glacial) dan zaman ketika es kembali mencair (zaman interglacial). Zaman pleistosin berakhir sekitar10.000 tahun Sebelum Masehi kemudian diiringi Zaman Holosen atau Zaman Alluvium yang berlangsung sekitar 20.000tahun yang lalu.
Sumber: Academica.edu
Share:

Zaman Arkaekum

Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba, Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Zaman arkaekum adalah zaman tertua yang berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Batuan masa ini   ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton atau perisai benua.
Masa ini adalah masa pembentukan kerak bumi. Jadi kerak bumi terbentuk setelah pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi). Plate tectonic atau Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata air panas.
Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
Pada zaman itu bumi masih merupakan bola gas sangat panas yang berputar pada porosnya.  Sehingga pada masa itu kehidupan di bumi belum ada.
Ciri-ciri zaman arkaekum:
1.      Belum ada kehidupan
2.      Bumi masih berupa bola gas yang sangat panas
3.      Berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun yang lalu
Share:

Langkah-Langkah dalam Penelitian Sejarah (Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi)

Langkah-Langkah dalam Penelitian Sejarah (Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi) - Sejarah masa lampau diperoleh melalui proses penelitian. Penelitian dilakukan berdasarkan disiplin sejarah atau ilmu sejarah sehingga mampu menemukan sumber-sumber yang tepat sesuai dengan topik yang ditulis. Bentuk penelitian sejarah terkait dengan metode pengumpulan data yang digunakan. 

Dalam usaha menyingkap sejarah, kita akan mendapatkan sejarah sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi dalam lingkup kehidupan manusia pada masa lampau yang akan meninggalkan bukti-bukti sejarah. Oleh karena itu, penelitian sejarah ada empat tahapan yang bersifat spesifik (khusus) dalam penelitian sejarah. Empat tahap itu adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, danhistoriografi.

1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik/judul penelitian. Untuk melacak sumber tersebut, sejarawan harus dapat mencari di berbagai dokumen baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. 

Sejarawan dapat juga mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya) memiliki sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut. 

Langkah-Langkah dalam Penelitian Sejarah
Dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun merupakan data yang sangat berharga Dokumen dapat menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. Menurut sifatnya ada dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial. Sumber primer dibuat oleh tangan pertama, sementara sumber sekunder merupakan sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibuat oleh tangan atau pihak kedua. Contohnya, buku, skripsi, dan tesis. 

Jika kita mendapatkan sumber tertulis, kita akan mendapatkan sumber tertulis sezaman dan setempat yang memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, serta sumber tertulis tidak sezaman dan tidak setempat yang memerlukan kejelian para penelitinya. Dari sumber yang ditemukan itu, sejarawan melakukan penelitian. Tanpa adanya sumber sejarah, sejarawan akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak sejarah dalam kehidupan manusia. Untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian. Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa tidak bisa dijadikan narasumber lisan.

2. Verifikasi
Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah. Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut aspek ekstern dan intern. 

Aspek ekstern mempersoalkan apakah sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya, waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen. Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, aspek intern berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.

Aspek ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)
b. Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)
c. Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)

Setelah ada kepastian bahwa sumber itu merupakan sumber yang benar diperlukan dalam bentuk asli dan masih utuh, maka dilakukan kritik intern. Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung di dalam sumber itu dapat dipercaya, dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan kesaksiankesaksian berbagai sumber.

Langkah pertama dalam penelitian intrinsik adalah menentukan sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber resmi sebab sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak (untuk kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.

Langkah kedua dalam penilaian intrinsik adalah menyoroti penulis sumber tersebut sebab dia yang memberikan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan karena ia berkepentingan di dalamnya. 

Langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif. Contohnya adalah terjadinya peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. 

Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumbersumber yang terpilih.

3. Intepretasi
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Sejarah sebagai suatu peristiwa dapat diungkap kembali oleh para sejarawan melalui berbagai sumber, baik berbentuk data, dokumen perpustakaan, buku, berkunjung ke situs-situs sejarah atau wawancara, sehingga dapat terkumpul dan mendukung dalam proses interpretasi.

Dengan demikian, setelah kritik selesai maka langkah berikutnya adalah melakukan interpretasi atau penafsiran dan analisis terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber. Interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihu-bungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal.

Bagi kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung bersifat subjektif. Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan. Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran sejarah.

4. Historiografi
Historiografi adalah penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian. 

Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran. Historiografi merupakan rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku yang baik. Sesudah menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan atau sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah sejarah.

Ada tiga bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang dan waktu.

a. Penulisan sejarah tradisional
Kebanyakan karya ini kuat dalam hal genealogi, tetapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis. Tekanannya penggunaan sejarah sebagai bahan pengajaran agama. Adanya kingship (konsep mengenai raja), pertimbangan kosmologis, dan antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat.

b. Penulisan sejarah kolonial
Penulisan ini memiliki ciri nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek politik dan ekonomi serta bersifat institusional.

c. Penulisan sejarah nasional
Penulisannya menggunakan metode ilmiah secara terampil dan bertujuan untuk kepentingan nasionalisme.  Menurut Taufik Abdullah dan Surjomihardjo, ada tiga penulisan sejarah di Indonesia, yaitu sejarah ideologis, sejarah pewarisan, dan sejarah akademik.
Share:

Pengunjung Blog