Selasa, 13 Mei 2014

Kebudayaan Neolitikum

Gambar 1.7 Kapak Lonjong
Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum ini adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang perkembangan kapak tersebut, maka amatilah gambar 1.7 di bawah ini.


Kalau Anda ingat nama kapak tersebut berarti Anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.
Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/ pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk lebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 1.8 berikut ini.
Gambar 1.8. Kapak Chalcedon


Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur).
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.
Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 1.9 berikut ini.


Gambar 1.9. Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Perhatikan Tabel Berikut:
Hasil kebudayaan Neolitikum
Ukuran
Jalur
Penyebaran
Daerah
Penyebaran di Indonesia
Fungsi
Manusia
Pendukung
Kapak Persegi
Beliung (Besar)
Tarah (Kecil)
Daratan Asia Malaysia Barat Sumatra
Jawa
Bali- Kalimantan
Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku
Alat pertanian, pacul dan alat upacara
Suku Nias, Toraja, Sasak, Dayak, Batak
(Proto Melayu)
Kapak Lonjong
Walzenbeil (Besar)
Kleinbeil (Kecil)
Daratan Asia Jepang
Formosa
Philipina
Minahasa
Irian
Irian , Leti, Tanimbar, Seram, Gorong, Minahasa
Alat Pertanian, Alat Upacara
 
Tabel 1.5 Hasil Kebudayaan Neolithikum dan Penyebarannya
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.
Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.
Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan Anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6 berikut ini

Zaman
Hasil kebudayaan
Manusia pendukung
Ciri-ciri hasil budaya
Palaeolithikum
Kapak genggam chopper/kapak perimbas,alat serpih/ flekes, alat-alat tulang
- Homo Erectus
- Homo sapiens wajakensis
-Homo sapiens Soloensis
Batunya kasar
Belum dibentuk
Mesolothikum
Kjokkenmoddinger
Abris Sous Roche
Pebble, Hache Courte, Flakes
Ujung mata panah, pipisan
Papua Melanosoide
Batunya agak halus
Agak dibentuk sesuai kebutuhan
Neolithikum
Kapak persegi
Kapak lonjong
Perhiasan
Gerabah
Proto melayu
(suku Nias, Toraja, Dayak, sasak)
Batunya sudah halus
Dibentuk sesuai kebutuhan

Tabel 1.6 IKHTISAR KEBUDAYAAN ZAMAN BATU
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Blog