Gereja Marganingsih Kalasan |
Sabtu lalu saya mengikuti kegiatan
Ekaristi Kaum Muda (EKM) yang di adakan oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma. Kegiatan kaum muda yang dilaksanakan di Gereja
Marganingsih Kalasan tersebut mengangkat tema “Healing A Broken World” atau memulihkan dunia
yang sakit. Tentu muncul pertanyaan dalam benak kita ketika mendengar tema
tersebut. Apakah mungkin dunia yang luas ini dapat dipulihkan? Bagaimana
mengambarkan dunia yang sedang sakit? Apa faktor yang menyebabkan dunia ini sakit?
Dunia yang sedang sakit di sini maksudnya keaadaan alam semesta yang mengalami banyak kerusakan
akibat ulah manusia, misalnya kebakaran hutan, banjir, tumpukan sampah di
mana-mana, penebangan hutan dan peristiwa lainnya yang menyebabkan alam ini
menjadi rusak.Sebagai makhlup yang tinggal di bumi kita seharusnya menjaga dan
melestarikan alam buka malah merusaknya.
Untuk menyampaikan
maksud dari tema tersebut, Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Sejarah mencoba mengambarkan keadaan dunia yang sedang
sakit akibat ulah manusia dalam bentuk fragmen agar masyarakat yang hadir
khususnya para kaum muda dapat menemukan pesan yang ingin disampaikan dari tema
yang diangkat. Fragmen pertama di perankan oleh tiga orang mahasiswa. Dalam
fragmen pertama ini mereka memerankan karakter manusia yang hidup dalam
kesombongan, keserakahan dan tidak memiliki kepedulian terhadap alam yang telah
memberikan segala isinya untuk keperluan manusia agar dapat bertahan hidup.sikap sombong yang ada
dalam diri manusia digambarkan dengan pakaian mahal yang mereka kenakan,
berjalan dengan tatapan sinis sambil membusungkan dada,cuek dengan lingkungan
sekitar, dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain karena mereka merasa
memiliki segalanya.
Sikap sombong dan
serakah yang dimiliki manusia dapat membuat alam semesta menjadi hancur. Alam
yang tadinya hijau, sejuk, nyaman, indah, untuk dihuni oleh manusia dan makhluk
ciptaan lainnya, kini hanya menyisakan kenangan semata karena alam yang tadinya
hijau, hutan yang tadinya lebat, banyak perpohonan kini sudah sudah hangus
terbakar akibat ulah manusia yang tidak pernah puas. Kesombongan dan
keserakahan manusia menjadi penyebab rusaknya alam semesta yang indah ini.
Fragmen
kedua mengambarkan keadaan alam yang
seolah-olah marah, sakit hati , tidak terima dan ingin membalas semua perbuatan
manusia yang telah merusak alam semesta. Dalam fragmen kedua ini mengambarkan kehidupan manusia yang sedang sengsara, menderita, kelaparan, dan kesakitan,
akibat ulahnya sendiri yang telah merusak alam. Keadaan manusia yang sedang
sengsara tergamabar jelas dari
pakaiyannya yang kumal, terkoyak-koyak,tatapan yang kosong, jerit
kesakitan, air mata yang terus mengalir, ratapan kesengsaraan dan menderita
kelaparan. Alam yang tadinya memberikan semua yang diperlukan manusia kini
seakan-akan tidak lagi menjadi sahabat manusia. Manusia menerima balasan atas
perbuatannya sendiri karena sikap serakah yang menyebabkan alam semesta menjadi
rusak.Meskipun demikian manusia tetap masih mempunyai harapan agar alam yang tadinya
rusak dapat dipulihkan kembali.
Dari fragmen ini, mengajak kita untuk
menghargai, mencintai, mensyukuri, dan memelihara alam semesta yang telah
diciptakan untuk kita umat manusia agar dapat bertahan hidup. Alam yang sejuk, nyaman, hijau dengan segala isinya harus terus kita jaga dan pelihara dengan baik
jangan sampai kesombongan dan keserakahan kita merusak alam semesta. Bila
sebagian alam telah rusak kita mempunyai tanggungjawab bersama untuk memulihkan
misalnya melakukan aksi penanaman pohon untuk menghijaukan kembali alam ini.
Mungkin bukan kita yang menikmati dari apa yang dilakukan sekarang tetapi kalau
tidak pernah memulai alam yang rusak
tidak akan terpulihkan.
Oleh
Fransiska Susi Susanti
Mahasiswi Pendidikan sejarah Sanata Dharma