Senin, 30 Mei 2016

Menyampaikan Pesan lewat Fragmen

Gereja Marganingsih Kalasan
        Sabtu lalu saya mengikuti kegiatan Ekaristi Kaum Muda (EKM) yang di adakan oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma.  Kegiatan kaum muda yang dilaksanakan di Gereja Marganingsih Kalasan tersebut mengangkat tema  “Healing A Broken World” atau memulihkan dunia yang sakit. Tentu muncul pertanyaan dalam benak kita ketika mendengar tema tersebut. Apakah mungkin dunia yang luas ini dapat dipulihkan? Bagaimana mengambarkan dunia yang sedang sakit?  Apa faktor yang menyebabkan dunia ini sakit? Dunia yang sedang sakit di sini maksudnya keaadaan alam  semesta yang mengalami banyak kerusakan akibat ulah manusia, misalnya kebakaran hutan, banjir, tumpukan sampah di mana-mana, penebangan hutan dan peristiwa lainnya yang menyebabkan alam ini menjadi rusak.Sebagai makhlup yang tinggal di bumi kita seharusnya menjaga dan melestarikan alam buka malah merusaknya.
Untuk menyampaikan maksud dari tema tersebut,  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah mencoba mengambarkan keadaan dunia yang sedang sakit akibat ulah manusia dalam bentuk fragmen agar masyarakat yang hadir khususnya para kaum muda dapat menemukan pesan yang ingin disampaikan dari tema yang diangkat. Fragmen pertama di perankan oleh tiga orang mahasiswa. Dalam fragmen pertama ini mereka memerankan karakter manusia yang hidup dalam kesombongan, keserakahan dan tidak memiliki kepedulian terhadap alam yang telah memberikan segala isinya untuk keperluan manusia agar  dapat bertahan hidup.sikap sombong yang ada dalam diri manusia digambarkan dengan pakaian mahal yang mereka kenakan, berjalan dengan tatapan sinis sambil membusungkan dada,cuek dengan lingkungan sekitar, dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain karena mereka merasa memiliki segalanya.  
Sikap sombong dan serakah yang dimiliki manusia dapat membuat alam semesta menjadi hancur. Alam yang tadinya hijau, sejuk, nyaman, indah, untuk dihuni oleh manusia dan makhluk ciptaan lainnya, kini hanya menyisakan kenangan semata karena alam yang tadinya hijau, hutan yang tadinya lebat, banyak perpohonan kini sudah sudah hangus terbakar akibat ulah manusia yang tidak pernah puas. Kesombongan dan keserakahan manusia menjadi penyebab rusaknya alam semesta yang indah ini.
            Fragmen kedua  mengambarkan keadaan alam yang seolah-olah marah, sakit hati , tidak terima dan ingin membalas semua perbuatan manusia yang telah merusak alam semesta. Dalam fragmen kedua ini mengambarkan  kehidupan manusia yang  sedang sengsara, menderita, kelaparan, dan kesakitan, akibat ulahnya sendiri yang telah merusak alam. Keadaan manusia yang sedang sengsara tergamabar jelas dari  pakaiyannya yang kumal, terkoyak-koyak,tatapan yang kosong, jerit kesakitan, air mata yang terus mengalir, ratapan kesengsaraan dan menderita kelaparan. Alam yang tadinya memberikan semua yang diperlukan manusia kini seakan-akan tidak lagi menjadi sahabat manusia. Manusia menerima balasan atas perbuatannya sendiri karena sikap serakah yang menyebabkan alam semesta menjadi rusak.Meskipun demikian manusia tetap masih mempunyai harapan agar alam yang tadinya rusak dapat dipulihkan kembali.
              Dari fragmen ini, mengajak kita untuk menghargai, mencintai, mensyukuri, dan memelihara alam semesta yang telah diciptakan untuk kita umat manusia agar dapat bertahan hidup.  Alam yang  sejuk, nyaman, hijau dengan segala isinya  harus terus kita jaga dan pelihara dengan baik jangan sampai kesombongan dan keserakahan kita merusak alam semesta. Bila sebagian alam telah rusak kita mempunyai tanggungjawab bersama untuk memulihkan misalnya melakukan aksi penanaman pohon untuk menghijaukan kembali alam ini. Mungkin bukan kita yang menikmati dari apa yang dilakukan sekarang tetapi kalau tidak pernah memulai alam yang rusak  tidak akan terpulihkan.

Oleh Fransiska Susi Susanti
Mahasiswi Pendidikan sejarah Sanata Dharma
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Blog