Agama dan budaya Islam yang masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayan
asli Indonesia sehingga menimbulkan akulturasi kebudayan sehingga
lahirlah corak baru kebudayan Indonesia. Akulturasi tersebut dapat
dilihat dari berbagai bidang berikut ini.
a. Seni Bangunan
1. MasjidDilihat dari segi arsitektuknya, masjid-masjid kuno di Indonesia menampakan gaya arsitektur asli Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut.
- Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
- Pondasinya kuat dan agak tinggi.
- Ada serambi di depan atau di samping.
- Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
- hiasan kaligrafi;
- kubah;
- bentuk masjid.
1. Masjid beratap tumpang, antara lain sebagai berikut.
- Masjid Agung Cirebon dibangun pada abad ke-16.
- Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta dibangun pada abad ke-18.
- Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dibangun pada abad ke-17.
- Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-16.
- Masjid Baiturahman di Aceh, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yakni pada abad ke-17.
- Masjid Jepara
- Masjid Ternate
b. Makam
Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan
dengan orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan pengiring
terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada gugusan cungkup yang
dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh budaya Islam terlihat
pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di Leran
(Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
c. Seni Rupa dan Aksara
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot,
yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan
menggunakan huruf Arab yang indah dan penulisannya bersumber pada
ayat-ayat
suci Al Qur'an dan Hadit. Adapun fungsi seni kaligrafi adalah untuk motif batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris, nisan, hiasan pada mimbar dan sebagainya.
suci Al Qur'an dan Hadit. Adapun fungsi seni kaligrafi adalah untuk motif batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris, nisan, hiasan pada mimbar dan sebagainya.
d. Seni Sastra
Seni sastra Indonesia di zaman Islam banyak terpengaruh dari sastra
Persia. Di Sumatra, misalnya menghasilkan karya sastrayang berisi
pedoman-pedoman hidup, seperti cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman dan
1001 Malam. Di samping itu juga mendapat pengaruh Hindu, seperti Hikayat
Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri (Hindu)
muncul lagi dalam bentuk Islam, seperti Hikayat Panji Semirang. Hasil
seni sastra, antara lain sebagai berikut.
- Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya ialah Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang. Karya sastra yang dekat dengan suluk ialah primbon yang isinya bercorak kegaiban dan ramalan penentuan hari baik dan buruk, pemberian makna kepada sesuatu kejadian dan sebagainya.
- Hikayat, yakni saduran cerita wayang.
- Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi isinya sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.
- Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup, seperti Tajus Salatin dan Bustan us Salatin.
e. Sistem Kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam dengan
perhitungan atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun Hijriah. Tahun
1 Hijrah (H) bertepatan dengan tahun 622 M. Sementara itu, di
Indonesiapada saat yang sama telah menggunakan perhitungan tahun Saka
(S) yang didasarkan atas peredaran matahari. Tahun 1 Saka bertepatan
dengan tahun 78 M. Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram
menetapkan berlakuknya tahun Jawa (tahun Nusantara) atas dasar
perhitungan bulan ( 1 tahun =354 hari). Dengan masuknya Islam maka
muncul sistem kalender Islam dengan menggunakan nama-nama bulan, seperti
Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar (bulan Jawa; Sapar), dan sebagainya
sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar) dengan tahun Hijrah (H).
f. Seni Musik dan Tari
Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik qasidah dan gamelan pada
saat upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni tari terlihat pada tari
Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan
membaca Al Qur'an yang berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.
g. Sistem Pemerintahan
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap
sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa
yang dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada zaman Islam, pola
tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap sebagai
penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya
harus dituruti.
0 komentar:
Posting Komentar